Pameran di Museum Tekstil: Ulos, Hangoluan, dan Tondi


Bataksiana - Ulos, kain tenun khas etnis Batak akan dipamerkan di Museum Tekstil, Jakarta. Even dijadwalkan berlangsung pada 20 September hingga 7 Oktober 2018. Ulos yang ditampilkan adalah koleksi pribadi milik Devi Pandjaitan bersama Kerri Na Basaria.

Ilustrasi.
Pameran digagas Yayasan Del dan Tobatenun yang didukung Kementerian Pariwisata.. Tema yang diusung adalah Ulos, Hangoluan, dan Tondi.

"Hangoluan yang berarti Kehidupan dan Tondi berarti Jiwa. Hal ini menggambarkan kain Ulos merupakan gambaran kehidupan dan jiwa masyarakat Batak," jelas Devi Pandjaitan, Senin (17/9).

Pameran kali ini juga akan dikolaborasikan dengan desainer muda tanah air, Mita Lukardi. Kain-kain Ulos akan ditampilkan dalam berbagai bentuk instalasi dekor. Detailnya menceritakan tahapan kehidupan.

“Sangat diharapkan pameran dapat menarik minat anak muda untuk lebih menghargai budayanya. Salah satu instalasi modern yang ada di pameran adalah motif Ulos yang tertuang di anyaman rotan sepanjang 25 meter," tuturnya.

Pameran digelar untuk melestarikan budaya. Serta untuk menanam rasa cinta terhadap kain tenun Ulos kepada generasi muda. Pameran juga bertujuan memngenalkan Ulos kepada masyarakat luas dan mendorong masyarakat untuk menggunakannya dalam berbagai acara seperti batik.

Plt Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran I Kementerian Pariwisata RI NW Giri Adnyani mengatakan, Ulos lebih dari sekadar tradisi. Menurutnya, Ulos tidak mudah lekang karena panas dan tidak lapuk karena hujan. "Ulos tidak hanya menyimpan tradisi Batak yang kental dan sarat makna. Tapi juga prestise dari moderenisasi proses akulturasi," ujar Giri.

Bahkan, sejumlah museum dan universitas di Singapura, Amerika Serikat, Inggris, dan Belanda ikut melakukan kajian tentang ulos. Karena dianggap unik dan sangat tua.

"Karya seni ini dianggap memiliki makna yang tinggi. Dominasi warna hitam, merah, dan putihnya dinilai punya daya pikat. Warna merah melambangkan keberanian, putih melambangkan kesucian, dan hitam melambangkan kekuatan," ulasnya.

Menteri Pariwisata Arief Yahya menambahkan, Ulos adalah kebanggan Indonesia. Bahkan saat IMF Meeting di Washington DC beberapa waktu lalu, Ulos Harungguan dipakai para Pemimpin Keuangan dari berbagai negara yang hadir di sana.

“Sudah pasti kami sangat bangga. Bayangkan, karya tangan-tangan terampil para penenun bisa terekspose di perhelatan penting keuangan dunia,” paparnya.

Menpar pun mengajak masyarakat untuk datang ke Museum Tekstil dan menyaksikan pameran.

“Kalau mau tahu lebih dalam mengenai perjalanan sejarah pertenunan Ulos Batak yang sudah berusia puluhan tahun, ajak keluarga dan teman-teman untuk melihat kehebatan karya-karya dari para penenun. Kapan lagi bisa melihat koleksi Ulos Batak yang sudah berumur puluhan tahun di satu lokasi,” ucap Arief.

Sementara itu, Direktur Utama BPODT Arie Prasetyo mengapresiasi pameran ulos tersebut. Dia berharap pameran ini bisa memantik minat wisatawan untuk hadir langsung ke Danau Toba.

"Pameran Ulos ini adalah salah satu bentuk apresiasi seni dan budaya yang tinggi dari Ibu Devi Panjaitan bersama dengan budayawan Batak lainnya," imbuhnya.

Kebudayaan harus menjadi salah satu destinasi yang di dalamnya terdapat kerajinan, kesenian dan adat istiadat yang menjadi daya tarik khas Danau Toba. Arie mengajak para pemuda menyaksikan pameran ini. "Kerajinan ulos bukan hanya sebatas aksesoris, namun juga bisa mengetahui fungsinya," tandasnya. (bbs/int)


Loading...

SHARE
    Blogger Comment

0 komentar:

Posting Komentar

close