Film Puang Sorma, Diangkat dari Sejarah Kerajaan Siantar


Bataksiana - Sukses meluncurkan film pendek "Tuan Rondahaim" 2018 lalu, Rumah Produksi Sanggar Budaya Rayantara kini menggarap legenda "Puang Sorma". Kali ini mereka memilih lokasi Bah Ulu Mariah Bandar, Kecamatan Pematang Bandar dan Rumah Adat Gunung Malela.

Shooting film Puang Sorma disaksikan orang ramai.
Film yang digarap dengan melibatkan putra putri lokal tersebut diyakini mampu menjadi jembatan revitalisasi budaya.

Sultan Saragih yang menaungi Sanggar Budaya Rayantara mengatakan, jumlah pemain dan crew sebanyak 25 orang. Dimana, Andrew Silalahi penata musik dan sound efect dengan pemeran tambahan Damar Laut Purba sebagai utusan Kerajaan Purba Pakpak, masih garis keturunan Raja Attian Purba Pakpak.

Menurut Sultan, pengangkatan film ini seperti mengulangi kejadian 400 tahun silam, ketika raja Siantar pertama, Opung Datu Parmata Manunggal dikunjungi pinangan banyak kerajaan luar.

Dikisahkan, sejak remaja hingga dewasa panakboru Anggarainim Damanik senang mengunjungi mata air untuk sekadar mandi, bersendau gurau bersama dayang, serta berkaca pada air. Ia mengagumi wajah cantiknya dari pantulan air.

Ketika beranjak dewasa, kesempurnaan parasnya memikat hati banyak pangeran dari kerajaan-kerajaan lain. Para pangeran berdatangan hendak meminangnya. Belum juga ada satu lamaran pun yang diterimanya, terjadilah satu petaka.

Saat dia sedang membersihkan diri di mata air, sebuah ranting jatuh melukai wajahnya. Luka itu membekas dan mencoreng kecantikannya. Menyadari wajahnya telah cacat, sang putri merasa malu sehingga tidak mau pulang ke rumah bolon (istana).

Raja dan permaisuri membujuknya dengan segala cara. Namun semua usaha itu gagal. Walau sudah coba disembuhkan oleh Guru Bolon (penasehat spiritual), cacat di wajah sang putri juga tak kunjung membaik. Kecacatan itu semakin melukai perasaan sang putri.

Hingga hari ketujuh, panakboru pun menjelma menjadi putri ular. Atas kejadian itu, Raja mengadakan acara perpisahan dengan mengadakan tetabuhan gual gonrang dan tor-tor bersama rakyat.

Putri ular kemudian berpesan agar setiap orang merawat mata air agar bisa jernih seperti sedia kala.

Menurut Sultan Saragih, tujuan dibuatnya film legenda tersebut untuk mengingatkan kembali kepada masyarakat Simalungun terutama kaum milenial Simalungun akan sejarah.

“Film ini diangkat agar generasi milenial bisa mengenal sejarah, alam dan budaya Simalungun yang merupakan warisan kaum leluhur. Legenda ini merupakan kearifan lokal yang harus dijaga. Sebab mengandung pesan-pesan moral yang melampaui zaman yang dapat diterjemahkan dalam konteks kekinian,” ujarnya.

“Film ini memberikan pesan kesadaran lingkungan agar mata air selalu bersih dan jernih. Sebagai penghargaan timbal balik. Sebab sudah memberi untuk kebutuhan manusia, termasuk konteks wisata alam dimana banyak sampah sampah berserak yang dapat mengganggu pemandangan bagi pengunjung juga keseimbangan ekosistem,” ujar Sultan.

Sultan menambahkan, proses latihan teater menjelang pembuatan film selama dua bulan. Sedangkan shooting pengambilan gambar selama dua hari. Pemeran yang terlibat sebanyak 25 orang, yang seluruhnya berasal dari Siantar-Simalungun.

“Andrew Silalahi penata musik dan sound efect dengan pemeran tambahan EF Purba Pakpak sebagai utusan Kerajaan Purba, masih garis keturunan Raja Attian Purba Pakpak” terang Sultan.

Sedangkan untuk pemeran dalam film tersebut yakni, Panakboru Anggarainim Damanik diperankan oleh Debora Damanik. Raja diperankan oleh Willy Girsang dan sebagai Puang Bolon Adelin boru Napitupulu masih duduk di SMK GKPS 3 Pematangsiantar, bersama teman dayang-dayang lainnya Meta Malau, Irma Sinaga, Jesica Purba, Kerina Purba, Graciella Saragi, Tessa Sianipar, Cindy Purba, Kharisma Sipayung, Veronika.

Guru Bolon dilakonkan oleh Roresky Sianipar (SMK 1 Siantar), remaja milenial yang sudah intens mendapat pembelajaran tor tor dan seni tradisi.

Penutur Opung Raminah Garingging, sutradara Sultan Saragih melibatkan sinematografis Reach Fahreza dari Sisi Lensa. Didukung oleh PT Lovely Holidays Tours n Travel , Tuppuan  Damanik Boru Panagolan Indonesia (TDBPI), Sri Steps Salon Jl Pattimura sebagai tata rias dan kostum dan keterlibatan Kusdianto, selaku Kadis Pariwisata Kota Pematangsiantar. (bbs/int)


Loading...

SHARE
    Blogger Comment

1 komentar:

  1. Toxicity of sunscreen with zinc oxide and titanium dioxide
    Toxicity of sunscreen with rainbow titanium zinc properties of titanium oxide and titanium dioxide a measurement everquest titanium of oxidative titanium exhaust wrap damage to the skin, Toxicity of sunscreen with zinc oxide and titanium dog teeth implants titanium dioxide.

    BalasHapus

close