Bataksiana - Orang Batak Toba memiliki kehebatak dan kelebihan. Hal itu disampaikan Pastor Dr. Herman Nainggolan OFMCap dalam Seminar Tahun Keluarga HKBP Distrik X Medan-Aceh di Hotel Danau Toba, tanggal 21 Mei 2016. Kelebihan tersebut merupakan kekuatan.
Menurutnya, ada tujuh kekuatan orang Batak Toba. Pertama, marga. Ikatan kesukuan dibangun melalui marga. Sesama orang Batak Toba yang berkenalan memiliki kebiasaan melakukan ‘Martarombo’ (menelusuri silsilah keturunan) melalui martutur (bahasa Batak Toba). Kebisaan ini adalah menetukan posisi masing-masing pihak dalam struktur hubungan kemargaan. Dengan demikian orang bisa menempatkan posisi dalam struktur sosial Batak Toba, yaitu Dalihan Natolu.
Kedua, dalihan natolu. Arti Dalihan Natolu adalah tungku yang kakinya tiga. Dalam konteks sosial hula-hula misalnya adalah atasan di kantor (yang harus dihormati). Sebaliknya hula-hula harus bisa menjadi teladan dan lebih dahulu harus menunjukkan perhatian dan kasih-sayang untuk mendapatkan penghormatan. Selengkapnya sebagai berikut: Somba marhula-hula (hormat kepada pihak hula-hula), elek marboru (saya kepada pihak boru), dan manat mardongan tubu (harmonis dengan sesama marga).
Ketiga, tujuan hidup orang Batak Toba dipandu oleh nilai hamoraon (kekayaan materi), hagabeon (kekayaan berupa anak laki-laki dan perempuan), dan hasangapon (martabat sosial). Tandusnya daerah batak karena daerah pegunungan, sementara keluarga Batak Toba termasuk keluarga besar, memaksa orang Batak Toba untuk bekerja keras. Hal ini merupakan mekanisme untuk bertahan hidup.
Kemungkinan lain ialah orang pergi merantau ke luar tanah Batak kalau sudah dewasa. Namun kerja keras sudah menjadi bagian diri mereka karena faktor alam yang miskin. Faktor kerja keras ini dapat menjadi faktor penunjang untuk penguatan karakter bangsa yang kerja keras dan kreatif dalam hidup.
Keempat, salah satu sumbangan civilisasi Batak bagi orang Batak Toba ialah pendidikan, lewat institusi agama Kristen, baik Zending Protestan maupun Misi Katolik. Orang Batak Toba menghargai sangat tinggi ilmu pengetahuan. Banyak orang muda pada umur sangat muda bermigrasi karena melanjutkan sekolah ke kota-kota besar, seperti Medan dan Jakarta. Mereka sadar bahwa melalui pendidikan inilah akan terbuka masa depan yang lebih baik bagi mereka.
Kelima, mereka mengatakan bahwa ‘cangkul emas’ adalah pen untuk meningkatkan taraf hidup. Penghargaan tinggi akan ilmu pengetahuan merupakan salah satu faktor kearifan lokal untuk melaksanakan fungsi yang baik dalam hal edukasi. Orang terpelajar akan mempunyai peluang lebih besar dalam penguatan karakter bangsa.
Keenam, setiap ciptaan mempunyai tondi, yang menjamin keberadaannya. Implikasi dari pandangan demikian ialah bahwa warga masyarakat sebagai insan pemelihara ciptaan berkewajiban untuk menjaga kelestarian lingkungan. Danau Toba dan sekitarnya harus dijaga keindahan dan kebersihannya sehingga orang Batak Toba sungguh bangga dengan daerahnya yang indah. Selain alam yang indah, mereka juga mempunyai kebudayaan yang indah sebagai implementasi dari budaya megalit, yang penginggalannya masih dapat disaksikan hingga sekarang ini. Hal ini perlu dilestarikan sebagai rentetan sejarah yang membentuk kepribadian sukubangsa ini
Ketujuh, bakat musik dan bernyanyi. Di Indonesia, orang Batak Toba dikenal sebagai orang yang pandai bernyanyi. Bakat ini tentu tidak muncul begitu saja. Di kampung halaman, banyak anak-anak dan orang tua melantumkan lagu-lagu merdu. Di gereja-gereja mereka suka berkoor. Di kedai tuak orang-orang muda menyambut malam dengan nyanyian-nyanyian yang menyenangkan telinga dan hati. Dalam setiap kesempatan pesta, acara menyanyi tidak pernah ketinggalan. Orang tidak canggung untuk secara spontan tampil bernyanyi.
Seluruh suasana ini membuat orang Batak Toba suka bernyanyi. Orang Batak Toba mempunyai alat musik yang unik dan tidak ada di negara lain. Nyanyian-nyanyian mereka juga sangat unik (Pengamatan sehari-hari di daerah Batak Toba). Hal ini dapat menjadi salah satu kearifan lokal untuk mendukung penguatan karakter bangsa. Lewat syair-syair lagunya orang Batak Toba mewariskan nilai-nilai luhur budayanya. Bagi mereka nyanyian-nyanyian itu bukan hanya hiburan tetapi juga sarana penyampaian nilai-nilai moral. (sumber: pelitabatak.com/int)
Ilustrasi. |
Kedua, dalihan natolu. Arti Dalihan Natolu adalah tungku yang kakinya tiga. Dalam konteks sosial hula-hula misalnya adalah atasan di kantor (yang harus dihormati). Sebaliknya hula-hula harus bisa menjadi teladan dan lebih dahulu harus menunjukkan perhatian dan kasih-sayang untuk mendapatkan penghormatan. Selengkapnya sebagai berikut: Somba marhula-hula (hormat kepada pihak hula-hula), elek marboru (saya kepada pihak boru), dan manat mardongan tubu (harmonis dengan sesama marga).
Ketiga, tujuan hidup orang Batak Toba dipandu oleh nilai hamoraon (kekayaan materi), hagabeon (kekayaan berupa anak laki-laki dan perempuan), dan hasangapon (martabat sosial). Tandusnya daerah batak karena daerah pegunungan, sementara keluarga Batak Toba termasuk keluarga besar, memaksa orang Batak Toba untuk bekerja keras. Hal ini merupakan mekanisme untuk bertahan hidup.
Kemungkinan lain ialah orang pergi merantau ke luar tanah Batak kalau sudah dewasa. Namun kerja keras sudah menjadi bagian diri mereka karena faktor alam yang miskin. Faktor kerja keras ini dapat menjadi faktor penunjang untuk penguatan karakter bangsa yang kerja keras dan kreatif dalam hidup.
Keempat, salah satu sumbangan civilisasi Batak bagi orang Batak Toba ialah pendidikan, lewat institusi agama Kristen, baik Zending Protestan maupun Misi Katolik. Orang Batak Toba menghargai sangat tinggi ilmu pengetahuan. Banyak orang muda pada umur sangat muda bermigrasi karena melanjutkan sekolah ke kota-kota besar, seperti Medan dan Jakarta. Mereka sadar bahwa melalui pendidikan inilah akan terbuka masa depan yang lebih baik bagi mereka.
Kelima, mereka mengatakan bahwa ‘cangkul emas’ adalah pen untuk meningkatkan taraf hidup. Penghargaan tinggi akan ilmu pengetahuan merupakan salah satu faktor kearifan lokal untuk melaksanakan fungsi yang baik dalam hal edukasi. Orang terpelajar akan mempunyai peluang lebih besar dalam penguatan karakter bangsa.
Keenam, setiap ciptaan mempunyai tondi, yang menjamin keberadaannya. Implikasi dari pandangan demikian ialah bahwa warga masyarakat sebagai insan pemelihara ciptaan berkewajiban untuk menjaga kelestarian lingkungan. Danau Toba dan sekitarnya harus dijaga keindahan dan kebersihannya sehingga orang Batak Toba sungguh bangga dengan daerahnya yang indah. Selain alam yang indah, mereka juga mempunyai kebudayaan yang indah sebagai implementasi dari budaya megalit, yang penginggalannya masih dapat disaksikan hingga sekarang ini. Hal ini perlu dilestarikan sebagai rentetan sejarah yang membentuk kepribadian sukubangsa ini
Ketujuh, bakat musik dan bernyanyi. Di Indonesia, orang Batak Toba dikenal sebagai orang yang pandai bernyanyi. Bakat ini tentu tidak muncul begitu saja. Di kampung halaman, banyak anak-anak dan orang tua melantumkan lagu-lagu merdu. Di gereja-gereja mereka suka berkoor. Di kedai tuak orang-orang muda menyambut malam dengan nyanyian-nyanyian yang menyenangkan telinga dan hati. Dalam setiap kesempatan pesta, acara menyanyi tidak pernah ketinggalan. Orang tidak canggung untuk secara spontan tampil bernyanyi.
Seluruh suasana ini membuat orang Batak Toba suka bernyanyi. Orang Batak Toba mempunyai alat musik yang unik dan tidak ada di negara lain. Nyanyian-nyanyian mereka juga sangat unik (Pengamatan sehari-hari di daerah Batak Toba). Hal ini dapat menjadi salah satu kearifan lokal untuk mendukung penguatan karakter bangsa. Lewat syair-syair lagunya orang Batak Toba mewariskan nilai-nilai luhur budayanya. Bagi mereka nyanyian-nyanyian itu bukan hanya hiburan tetapi juga sarana penyampaian nilai-nilai moral. (sumber: pelitabatak.com/int)
Loading...
0 komentar:
Posting Komentar